Menikmati Kesempurnaan yang Tak Pernah Ada


Judul Buku : Mannequin of Dharma
Pengarang : Roro Syin
Penerbit : www.bookoopedia.com /www.bisnis2030.com
Terbit : Februari 2009
Hal : 336 hal.
Harga : Rp. 72.000,-
Sinopsis
Adalah Dharma, Nadya, Cindy, dan Kinar. Empat perempuan muda metropolitan yang gamang akan kehidupan cinta mereka. Lewat kacamata Dharma, seorang copy writer di sebuah biro iklan, sebuah persahabatan digambarkan sebagai satu bentuk penyelesaian masalah-masalah orang per orang di dalamnya. Dharma bukan perempuan muda yang ideal menurutnya, sehingga dia rela bertahun-tahun menanti kepastian cinta seorang Bismarck. Dalam kesehariannya yang sibuk, dia juga harus "membelah diri" untuk ikut mengurusi permasalahan Cindy yang dihamili oleh pacarnya yang seorang junkies, Kinar yang hendak mempertahankan hubungannya dengan seseorang yang hendak menikah karena hutang budi, dan Nadya yang bolak-balik Jakarta - Bali hanya demi orang mancanegara yang dianggapnya punya kelebihan materi dibandingkan pria Indonesia.
Spontanitas
Roro Syin menuliskan novel ini dengan ciri khas penulis muda; spontanitas. Bisa kelihatan dia selalu bisa bercerita dari A sampai Z untuk memberi penekanan pada satu hal saja. Contohnya dia menuliskan dua buah contoh perempuan yang diselingkuhi hanya untuk menegaskan betapa sakitnya perasaan Kinar yang diselingkuhi oleh pasangannya. Hal ini bisa menimbulkan bias pada pembacaan alur cerita.
Hal yang menunjukkan spontanitas penulisan nampak pada saat Dharma dan Bismarck atau Brown Sugar sedang berkencan. Banyak sekali ditemukan kata-kata bercetak miring yang menggambarkan perasaan seorang Dharma terhadap suasana saat itu. Spontanitas juga bisa disalahartikan sebagai kekurangsabaran untuk menuliskan secara wajar, sehingga pembaca bisa menikmati suasana yang dirasakan karakter-karakter dalam novel itu.
Penokohan
Roro Syin membuka novel ini dengan kisah sedih seorang Nadya. Anak pertama dari seorang pelacur yang hidup di tengah-tengah perkampungan besar bernama Jakarta. Penderitaan Nadya sangat kuat untuk bisa dieksplorasi lebih menjadi novel yang indah. Di bagian tengah, dia juga menceritakan pengalaman kekerasan seksual yang dialami oleh Cindy kecil yang diperkosa oleh pamannya sendiri, yang sering dipanggilnya Bang Rambo itu.
Sebetulnya, jika menelaah karakter-karakter Nadya dan Cindy, maka novel ini bisa jadi sangat kuat. Dengan pengalaman traumatik yang dibangun secara kuat, seharusnya kedua karakter ini akan bisa berkembang menjadi pribadi yang tangguh atau justru akhirnya menyerah kalah.
Dibandingkan dengan karakter Dharma maupun Kinar, kedua tokoh yang diceritakan di awal novel justru menarik untuk dikembangkan lebih lanjut. Dharma - yang notabene menjadi bingkai cerita - sebenarnya lebih kepada kegelisahan secara fisik. Lihat bagaimana dia punya persoalan dengan makanan, dengan - maaf - ukuran payudara, dan dengan bentuk tubuhnya yang jauh dari ideal seperti sebentuk mannequin. Kinar pun demikian. Entah kenapa Kinar tiba-tiba sepertinya susah mendapatkan pacar atau pasangan yang benar-benar single.
Tapi, mungkin Roro punya alasan lain dengan "menyublimkan" karakter-karakter yang kuat seperti Nadya dan Cindy pada karakter Dharma dan percintaannya dengan Bismarck. Dan bisa jadi Kinar hanya bumbu pelengkap belaka yang meramaikan kisah persahabatan mereka.
Satu lagi, salah satu karakter dari novel ini mengingatkan saya pada kisah AADC karena ada seorang yang selalu "telmi" dalam cerita-cerita antara mereka berempat. Meskipun tidak serta merta sama, karena karakter tersebut lebih cenderung untuk "cuek" dan lebih peduli pada dirinya sendiri dibanding untuk "update" pada hal-hal di luar itu.
Jika dibandingkan dengan Sex and The City, jelas karakter-karakter dalam novel ini punya permasalahan lebih pelik dibandingkan sekedar seks, seks, dan seks. Permasalahan seperti alkohol, narkoba, seks bebas, pencarian jati diri, penantian cinta sejati, dan juga aborsi jauh lebih rumit digambarkan oleh Roro.
Penceritaan
Seperti tadi sempat disinggung di atas, alur cerita sebenarnya yaitu kisah asmara Dharma dan Bismarck terjaga dari awal sampai akhir. Namun, penceritaan antar karakter seperti dari Nadya di halaman awal, Cindy di halaman-halaman setelahnya, lalu berubah ke Dharma di halaman selanjutnya kurang mulus. Akibatnya, ada keterkejutan karena seolah-olah karakternya berubah nama.
Persoalan "kantor" yang digambarkan untuk mendapatkan kesan sibuknya seorang Dharma terasa begitu ringan. Hal yang tiba-tiba ada seperti kesibukan pitching dan bagaimana membuat "copy" sebuah radio advertisement sungguh terkesan sebagai tambahan belaka. Demikian juga dengan perasaan-perasaan Dharma yang tercurah pada kalimat-kalimat puitis.
Andai saja Roro bersabar untuk mengolah hal-hal artifisial dan menempatkannya pada emosi karakternya, bisa jadi kedalaman karakter Dharma yang menjadi sentral cerita dapat dibangun dengan baik. Dengan demikian esensi pertanyaan Dharma pribadi soal apakah menjadi seorang perempuan itu harus terlihat begitu sempurna seperti boneka pajangan itu dapat ditancapkan kuat pada pembaca.
Kekuatan
Hal yang menjadi kekuatan sebenarnya dalam novel ini adalah pada gaya bahasanya yang fresh. Celetukan-celetukan spontan, dan kelucuan-kelucuan emosi antar karakter dalam novel ini rasanya cukup mengaburkan kelemahan-kelemahan karakterisasi mereka.
Roro juga cukup rajin untuk memberikan tanda-tanda yang membantu pembaca untuk bisa membedakan mana bahasa mesin (seperti "message delivered", gambar ampop, dll) dan mana bahasa percakapan. Dengan demikian, pembaca bisa beradaptasi dengan gaya penceritaan yang disuguhkan Roro ini.
Dan sekali lagi, spontanitas adalah hal yang paling menonjol dari seorang Roro Syin. Mudah-mudahan, novel ini tidak berhenti sampai ketika Dharma menerima cinta Bismarck dan sebaliknya, tetapi akan berlanjut pada cerita-cerita yang lebih kuat lagi. Sebab sebagai pembaca, saya masih penasaran akan nasib Nadya dan Cindy. Mereka adalah gambaran perempuan tangguh yang digilas jaman dan kekejaman ibukota. Karakter mereka sungguh sayang untuk dihabiskan begitu saja dalam novel ini. Dan saya percaya, dengan spontanitasnya Roro pasti akan sanggup menghidupkan karakter seperti mereka dalam novel-novelnya yang lain.
2009

Komentar

Anonim mengatakan…
Terimakasih atas review buku Mannequin of Dharma, review yang dalam dan mengupas tuntas, sehingga bisa memberi gambaran bagi yang belum membacanya.

Salam,

Eviwidi
Editor Bisni2030
raqueljacynth mengatakan…
Tvacor: Iron-Iron in Food - Tiandania.com
Tvacor microtouch titanium trim reviews : Iron-Iron in Food Tvacor : Iron-Iron in apple watch titanium vs aluminum Food. 1.5 oz. 2020 ford ecosport titanium · 1.5 oz. · 1.5 oz. · 1.5 oz. · 1.5 oz. · 1.5 oz. · titanium ring 1.5 oz. · 1.5 oz. · ford fusion titanium 1.5 oz. · 1.5 oz.

Postingan populer dari blog ini

Pesan-Pesan Subliminal dan Penyair Sebagai Medium

Penyair sebagai Saksi dan/ atau Puisi Sebagai Kesaksian - Ulasan Buku "Nanas Kerang Ungu" Ferdi Afrar

Malaikat Cacat